Pengertian dan Peranan Penting Pendidikan Karakter
Dewasa ini kita
telah mengetahui banyak fakta mengenai pelanggaran moral, apa yang ada dipikiran
anda?. Yah, pada zaman globaisasi ini banyak sekali pihak terutama anak didik
yang selalu menomorduakan kebaikan moral, bahkan mengabaikan aturan moral yang
ada.
Dalam
memberikan pendidikan karakter tidak hanya di dapat dalam lembaga pendidikan
saja akan tetapi dalam lingkungan sosial serta masyarakat Bahkan sekarang ini
peserta pendidikan karakter bukan lagi anak usia dini hingga remaja, tetapi
juga usia dewasa. Terang saja perlu untuk kelangsungan hidup Bangsa ini.
Bayangkan
persaingan yang terjadi pada tahun yang akan datang ? jelas saya kalau kita
tidak mempersiapkan diri dengan baik kita akan tertinggal jauh dengan bangsa
lainnya. Tuntutan pada tahun yang akan datang merupakan tuntutan yang memang
harus disiapkan dengan baik yaitu tentang kualitas sumber daya manusia yang
berkualitas.
Karakter
sendiri dapat diartikan sebagai ciri khas dari seseorang, gambaran dari orang
tersebut. Karakter yang dimiliki oleh seseorang bisa memberikan gambaran kepada
kita tentang kepribadian orang tersebut.
Tak
terkecuali dengan karakter bangsa, karakter bangsa sendiri memilki artian yaitu
keseluruhan sifat yang dimiliki oleh suatu bangsa yang sifat tersebut meliputi
perilaku, kebiasaan, kesukaan, kemampuan, bakat, potensi, serta nilai-nilai
yang ada.
Melalui
pendidikan inilah karakter bangsa diharapkan mampu dikembangkan secara
potensial dan memiliki kualitas karakter yang dapat dikatakan sebagai kualitas
bangsa. Oleh sebab itu sebagai anak bangsa yang baik sudah sepatutnya kita
semua memanfaatkan pendidikan dan mengamalkannya dengan sebaik-baiknya.
Segenap
upaya harus dilakukan demi kelancaran sebuah pendidikan karakter yang
menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Hal itu tentunya membutuhkan
campur tangan pemerintahan yang harus ikut andil dan berperan aktif dalam hal
tersebut.
Sebagai bukti bahwa pemerintah telah
ikut berperan aktif, dibuktikan dalam Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang
Sistem pendidikan Nasional yang berbunyi: Pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab.
Sesuai
dengan fungsi pendidikan nasional, pendidikan karakter dimaksudkan untuk
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Potensi pendidikan
karakter berfungsi membentuk dan mengembangkan potensi manusia atau warga
Negara Indonesia agar berpikiran baik, berhati baik, dan berperilaku baik
sesuai dengan falsafah hidup Pancasila/
Faktor Pendidikan Karakter
Faktor lingkungan dalam konteks pendidikan karakter memiliki
peran yang sangat peting karena perubahan perilaku peserta didik sebagai hasil
dari proses pendidikan karakter sangat ditentunkan oleh faktor lingkungan ini.
Dengan kata lain pembentukan dan rekayasa lingkungan yang mencakup diantaranya
lingkungan fisik dan budaya sekolah, manajemen sekolah, kurikulum, pendidik,
dan metode mengajar. Pembentukan karakter melalui rekasyasa faktor lingkungan
dapat dilakukan melalui strategi :
1.
Keteladanan
2.
Intervensi
3.
Pembiasaan
yang dilakukan secara Konsisten
4.
Penguatan.
Dengan kata lain perkembangan dan pembentukan karakter memerlukan
pengembangan keteladanan yang ditularkan, intervensi melalui proses pembelajaran, pelatihan,
pembiasaan terus-menerus dalam jangka panjang yang dilakukan secara konsisten
dan penguatan serta harus dibarengi dengan nilai-nilai luhur.
Konsep Pendidikan Karakter Menurut Kihajar Dewantara
Proses
pembelajaran yang bermuatan pendidikan karakter itu dapat kita implementasikan
dari ajaran pendidikan yang dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantara melalui Trilogi
Pendidikan yang diajarkannya, yaitu ing ngarsa sung tulada, ing madya mangun
karsa, tut wuri handayani.
Arti dari semboyan Trilogi pendidikan ini adalah: tut wuri handayani (dari belakang seorang guru harus bisa memberikan dorongan dan arahan), ing madya mangun karsa (di tengah atau di antara murid, guru harus menciptakan prakarsa dan ide), dan ing ngarsa sung tulada (di depan, seorang pendidik harus memberi teladan atau contoh tindakan yang baik).
Arti dari semboyan Trilogi pendidikan ini adalah: tut wuri handayani (dari belakang seorang guru harus bisa memberikan dorongan dan arahan), ing madya mangun karsa (di tengah atau di antara murid, guru harus menciptakan prakarsa dan ide), dan ing ngarsa sung tulada (di depan, seorang pendidik harus memberi teladan atau contoh tindakan yang baik).
Sudah
waktunya guru-guru meninggalkan metode lama mengajar yang hanya sekadar
melaksanakan tuntutan tugas dan mengejar target kurikulum semata, sehingga tidak
memiliki idealisme menjadi seorang pendidik. Tinggalkan mengajar tanpa
dilandasi hakikat dari mengajar itu sendiri.
Guru
dituntut untuk kembali seperti yang Ki Hajar Dewantara katakan yakni seorang
yang ing ngarso sing tulodo, ing madyo mangun karso dan tut wuri handayani.
Guru yang bukan hanya mengajar, tapi juga mendidik.
Aktualisasi
ajaran Ki Hajar Dewantara di era globalisasi ini untuk membangun karakter
bangsa, sudah sangat mendesak diterapkan. Kalau itu dilakukan, Indonesia
akan bebas dari predikat negara terkorup, birokrasi terburuk, dan lainnya, yang
kesemuanya itu disebabkan lemahnya sistem pendidikan yang berkarakter budaya
Indonesia. Perlu langkah bersama untuk mewujudkannya, sehingga Indonesia
berubah jadi bangsa berkarakter tinggi.
·Tujuan,
Fungsi dan Media Pendidikan karakter
Pendidikan karakter pada intinya bertujuan membentuk bangsa yang
tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, bertoleran, bergotong royong, berjiwa
patriotik, berkembang dinamis, berorientasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang
semuanya dijiwai oleh iman dan takwa kepada Tuhan yang Maha Esa berdasarkan
Pancasila.
Pendidikan karakter berfungsi untuk:
1.
mengembangkan
potensi dasar agar berhati baik, berpikiran baik, dan berperilaku baik
2.
memperkuat
dan membangun perilaku bangsa yang multikultur
3.
meningkatkan
peradaban bangsa yang kompetitif dalam pergaulan dunia.
Pendidikan karakter dilakukan melalui berbagai media yang mencakup keluarga, satuan pendidikan, masyarakat sipil, masyarakat politik, pemerintah, dunia usaha, dan media massa.
·
Nilai-nilai Pembentuk Karakter
Satuan
pendidikan sebenarnya selama ini sudah mengembangkan dan melaksanakan
nilai-nilai pembentuk karakter melalui program operasional satuan pendidikan
masing-masing. Hal ini merupakan prakondisi pendidikan karakter pada satuan
pendidikan yang untuk selanjutnya pada saat ini diperkuat dengan 18 nilai hasil
kajian empirik Pusat Kurikulum. Nilai prakondisi (the existing values) yang
dimaksud antara lain takwa, bersih, rapih, nyaman, dan santun.
Dalam rangka lebih memperkuat pelaksanaan pendidikan karakter telah teridentifikasi 18 nilai yang bersumber dari agama, Pancasila, budaya, dan tujuan pendidikan nasional, yaitu:
Dalam rangka lebih memperkuat pelaksanaan pendidikan karakter telah teridentifikasi 18 nilai yang bersumber dari agama, Pancasila, budaya, dan tujuan pendidikan nasional, yaitu:
1. Jujur
2. Toleransi
3. Disiplin
4. Kerja keras
5. Kreatif
6. Mandiri
7. Demokratis
8. Rasa Ingin Tahu
9. Semangat Kebangsaan
10. Cinta Tanah Air
11.
Menghargai
Prestasi
12. Bersahabat/Komunikatif
13. Cinta Damai
14. Gemar Membaca
15. Peduli Lingkungan
16. Peduli Sosial
17. Tanggung Jawab
18. religius
Meskipun telah terdapat 18 nilai pembentuk karakter bangsa, namun satuan pendidikan dapat menentukan prioritas pengembangannya dengan cara melanjutkan nilai prakondisi yang diperkuat dengan beberapa nilai yang diprioritaskan dari 18 nilai di atas. Dalam implementasinya jumlah dan jenis karakter yang dipilih tentu akan dapat berbeda antara satu daerah atau sekolah yang satu dengan yang lain. Hal itu tergantung pada kepentingan dan kondisi satuan pendidikan masing-masing. Di antara berbagai nilai yang dikembangkan, dalam pelaksanaannya dapat dimulai dari nilai yang esensial, sederhana, dan mudah dilaksanakan sesuai dengan kondisi masing-masing sekolah/wilayah, yakni bersih, rapih, nyaman, disiplin, sopan dan santun.
Sumber :
3. https://www.edunews.id/edunews/pendidikan/pendidikan-karakter-harus-ditopang-tiga-pilar/
4. https://lukipenjasorkes.wordpress.com/2012/10/31/pendidikan-karakter-menurut-ki-hajar-dewantara/

Tidak ada komentar:
Posting Komentar